Bantuin

5 Langkah Membangun Bisnis Online dari Nol

Membangun Bisnis Online dari Nol

Membangun bisnis online dari nol memang merupakan sebuah tantangan dijaman yang serba digital seperti saat ini. Ditambah lagi dengan semakin banyaknya pesaing yang menawarkan produk serupa. Hal ini menjadi rintangan tersendiri bagi para pemula bisnis online. Disamping itu We Are Social Tahun 2025 menyajikan data bahwa sekitar 59,5% warga Indonesia tinggal di area perkotaan dimana akses akan informasi sangatlah mudah. Hal ini bisa kita lihat dari tahun ke tahun penggunaan smartphone baru dan internet di Indonesia juga semakin meningkat. Pengguna smartphone baru ini sebagian besarnya dimiliki oleh orang dengan rata-rata usia produktif bekerja yang konsumtif. We Are Social juga melansir bahwa rata-rata orang Indonesia berbelanja online hanya 9,9%, presentase ini dibawah rata-rata dunia yaitu 17,3%. Presentase yang cukup kecil dan masih menjadi tantangan tersendiri bagi para business owner untuk segera mendigitalisasi bisnis mereka. Artinya ini juga masih menjadi peluang bisnis yang besar untuk pemula. Dijelaskan dalam Report GWI terbaru tentang 6 consumer trends 2025, yang membahas mengenai prilaku konsumen terbaru. Salah satunya adalah side hustle atau pekerjaan sampingan. Seseorang bisa saja memiliki 2 pekerjaan atau lebih. Pekerjaan yang paling cocok untuk dijadikan side hustle adalah bisnis online. Tren Digital 2025: Insight dan Prediksi Pemasaran Masa Depan! Artikel ini akan membahas step by step membangun bisnis online dari nol. Yang bisa dijadikan panduan untuk para pemula untuk memulai suatu bisnis. Berikut langkah-langkahnya: Langkah 1: Menentukan Ide dan Model Bisnis Langkah pertama untuk membuat bisnis adalah mengetahui produk seperti apa yang ingin kita tawarkan dengan cara melihat kondisi tren pasar terkini. Dengan melihat situasi pasar, kita mengetahui apa saja hal yang dikeluhkan oleh orang dan kita hadir untuk menyediakan solusi bagi keresahan mereka. Dalam istilah pemasaran hal ini disebut dengan market gap. Market Gap adalah celah atau peluang dipasaran ketika ada kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi. Ini merupakan kesempatan untuk suatu brand menciptakan solusi dari kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi & belum atau masih jarang disediakan oleh kompetitor. Produk yang disediakan bisa berupa barang ataupun jasa. Untuk melihat kondisi tren pasar terkini bisa menggunakan Google Trend dan membaca forum di berbagai platform seperti Reddit, Quora dan Facebook Group untuk mengetahui apa yang dikeluhkan oleh konsumen. Jika sudah menentukan jenis produk apa yang ingin dijual selanjutnya menentukan model bisnisnya. Model bisnis adalah serangkaian langkah perencanaan bisnis. Dengan memiliki model bisnis memudahkan kita untuk mengetahui target pasar dan dimana produk akan dijual, marketplace atau website. Simak Perbedaan Website Vs Marketplace & Keuntungannya untuk Bisnis disini. Langkah 2: Riset Pasar & Identitas Bisnis Untuk melakukan riset pasar ada 4 langkah utama, sebagai berikut: Fokus terhadap 1 target terlebihdahulu yaitu mengembangkan fitur produk yang kita tawarkan. Apa keunikannya dari produk kompetitor dan siapa audience yang membutuhkan produk kita. Cara agar kita mengetahui persis target audience adalah dengan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dari audience tentang keluhan yang mereka hadapi. Riset yang dilakukan dapat berupa survey di media sosial atau wawancara secara langsung dengan audience. Data yang diperoleh dari hasil riset kemudian bisa kita manfaatkan untuk memprofiling & mengetahui segemnatasi bisnis kita dengan membuat audience persona. Audience persona bisa dibuat dengan cara mengenali lebih dalam tentang target audience kita mulai dari karakter, kebiasaan, umur, pekerjaan, industri, pendidikan, domisili hingga pemasukan perbulannya. Dari audience persona ini bisa merujuk kepada action plan & strategi bisnis. Ketika kita sudah mengetahui siapa target pasar kita. Selajutnya adalah menentukan action plan, strategi pemasaran hingga identitas brand (brand identity). Cara menentukan identitas brand adalah dengan membuat nama &logo, menentukan jenis typography, tone warna hingga profile bisnis di media sosial yang menggambarkan keunikan dari brand-mu. Singkatnya dalam proses ini, setelah kamu mendapatkan informasi dari calon konsumen-mu akan permasalahan mereka selanjutnya adalah menentukan produk yang kamu tawarkan sebagai solusi konsumen yang belum terpenuhi. Lalu membuat prototype (dummy/tester produk) yang akan dicoba langsung oleh calon konsumen dan mintalah feedback dari mereka. Feedback ini bisa menjadi bahan untuk perkembangan bisnis dan strategi konten pemasaran. Langkah 3: Membangun Website & Marketplace Jika produk-mu sudah ready untuk dijual, sekarang saatnya kamu menentukan dimana produk tersebut bisa ditemukan, website atau marketplace? Untuk membantu-mu menentukan pilihan silahkan membaca artikel Perbedaan Website Vs Marketplace & Keuntungannya untuk Bisnis terlebih dulu. Untuk produk-produk yang ditawarkan dalam bentuk barang umumnya hanya menggunakan marketplace seperti Shopee, Tokopedia, Lazada dan lain-lain. Namun adapula yang menggunakan keduanya untuk branding yang lebih kuat dan menyasar pangsa pasar yang lebih luas. Sedangkan bila produk-mu bergerak dibidang jasa, menggunakan website sebagai lapak penjualan adalah pilihan yang paling tepat. Adapun pendaftaran marketplace sangatlah mudah & gratis. Bisa dilakukan oleh siapa saja dan dapat dipelajari dengan mudah. Namun, tidak dengan pembuatan website. Diperlukan pengetahuan khusus untuk membuat & memaintainnya. Namun jangan khawatir, ada staff website virtual dari bantuin yang siap untuk menghandle website-mu dengan harga yang terjangkau tiap bulannya. Klik disini untuk konsultasi gratis! Langkah 4: Strategi Pemasaran Melakukan strategi pemasaran merupakan salahsatu langkah yang essensial. Pada langkah ini kita berusaha untuk mempromosikan produk kita agar diketahui oleh calon konsumen. Caranya adalah dengan membuat akun media sosial seperti Instagram, Tiktok, Facebook dan Artikel blog post. Dilansir dari Digital 2025: Global Overview Report melaporkan bahwa sebesar 66,7% orang Indonesia mencari rekomendasi produk untuk dibeli melalui media sosial. Jumlah presentase ini merupakan yang tertinggi kedua didunia. Oleh karenanya, promosi menggunakan content marketing di media sosial sangatlah penting. Pembuatan jenis konten marketing di media sosial bisa disesuaikan dengan target audiens. Contohnya seperti audiens usia muda lebih cenderung menyukai konten yang menghibur dan untuk audiens diusia senja lebih menyukai konten yang lebih edukatif dan informatif. Hal-hal seperti ini penting untuk diketahui supaya konten yang dibuat relavan dengan audiens. Pada tahun 2025, sebagian besar orang mencari rekomendasi produk untuk dibeli melalui Instagram dan orang cenderung mengikuti influencer yang suka merekomendasikan produk tertentu. Oleh karenanya, penggunaan KOL untuk mempromosikan produk masih menjadi peluang yang sangat besar. Sama halnya dengan iklan di media sosial. Penggunaan iklan dimedia sosial berguna untuk memperbesar jangkauan konten lebih cepat diketahui oleh audiens. Langkah 5: Kelola Keuangan & Pajak Bisnis Langkah penting selanjutnya adalah mengelola keuangan bisnis dengan baik. Mengelola keuangan bisnis secara rapi dan konsisten memiliki banyak manfaat untuk bisnis, diantaranya adalah: Untuk mengetahui

Apa Itu Virtual Assistant? Intip Perannya Untuk Bisnis!

Apa itu Virtual Assistant?

Semenjak terjadinya pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu mengubah banyak cara orang dalam bekerja. Untuk menghindari pernyebarluasan virus membuat sebagian besar orang membatasi aktifitas bersosialisasi keluar rumah termasuk bekerja. Banyak perusahaan mulai saat itu memberlakukan sistem bekerja dari rumah atau yang sering kita dengar dengan WFH (Work From Home). Pada saat itu, banyak perusahaan-perusahaan yang mengembangkan teknologi untuk mendukung aktifitas bekerja dari rumah ini. Namun hingga saat pandemi covid-19 selesai, metode bekerja dari rumah juga masih banyak digunakan dan makin berkembang pesat sehingga muncul kembali istilah metode bekerja jarak jauh (remote). Metode ini semakin hari justeru semakin banyak perusahaan yang mengadopsi. Tidak jarang perusahaan internasional mau merekrut karyawan dari berbagai negara untuk bekerja secara remote. Tak hanya itu, dengan metode bekerja jarak jauh ini memungkinkan orang untuk mempunyai lebih dari satu pekerjaan. Salah satu role pekerjaan yang dilakukan secara remote adalah Virtual Assitant. Apa itu Virtual Assistant? Pengertian Virtual Assistant Dilansir dari Invendus Intelligent Outsourcing, Virtual Assistant (VA) adalah seseorang profesional yang menyediakan beberapa jasa seperti tugas administratif, Social Media Management, Customer Service, Content Creation, hingga Technical Support. Mereka menggunakan banyak tools dan platform untuk berkomunikasi dengan klien. Seperti email, Google Calendar, Spreadsheet serta Management Tools seperti Notion, Trello, Asana dan masih banyak lagi. Semakin hari pekerjaan Virtual Assitant diberbagai bidang jasa ini semakin popular dan diminati oleh banyak industri karena keuntungannya. Layanan Virtual Assitant ini memiliki beberapa keuntungan untuk bisnis yaitu efektifitas biaya, fleksibelitas dan skalabilitas. Tren Digital 2025: Insight dan Prediksi Pemasaran Masa Depan! Efesiensi Bisnis dengan Virtual Assitant Invendus juga menyajikan data hasil survey tentang Virtual Assitant yang semakin diminati dan menjadi tren bagi anak muda. Pada tahun 2020 teridentifikasi bahwa ukuran pasar pekerjaan ini mencapai USD 14,2 miliar dan diprediksikan akan terus bertumbuh sebanyak 24,4% hingga tahun 2028. Ini artinya pekerjaan sebagai Virtual Assistant masih sangat dibutuhkan. Hal ini didorong oleh persentase digitalisasi global mencapai yang 67,9% dari total populasi dunia. Oleh sebab itu dapat diprediksikan bahwa kedepannya akan banyak sekali bisnis yang didigitalisasi dan bekerja remote akan menjadi tren yang mendunia. Tak sedikit perusahaan yang merekrut Virtual Assistant untuk mengoptimalkan bisnis mereka. Dikutip dari TestGorilla, berikut keuntungan mempekerjakan Virtual Assistant: Mempekerjakan Virtual Assistant berbeda dengan karyawan pada umumnya karena hanya perlu membayar berdasarkan jam kerja atau tugas yang diselesaikan. Tidak ada biaya tambahan seperti tunjangan, asuransi kesehatan ataupun uang pensiun. Hal ini cocok untuk bisnis kecil hingga menengah untuk menghemat biaya operasional. Sebagai pemilik bisnis tentunya banyak yang harus dilakukan terutama untuk strategi pertumbuhan bisnis sehingga tugas-tugas administratif seperti email management, scheduling meeting, invoicing dan pembuatan laporan bisa diserahkan ke Virtual Assistant. Sehingga pemilik bisnis bisa fokus pada hal-hal krusial untuk membangun bisnisnya. Digitalisasi bisnis kian hari semakin melonjak. Oleh karenanya banyak brand dituntut untuk hadir diberbagai media sosial. Virtual Assistant hadir untuk membantu mengelola media sosial dan menanggapi keluhan konsumen. Jenis Layanan Virtual Assistant Layanan yang disediakan oleh Virtual Assistant sangat beragam. Biasanya seorang Virtual Assistant memiliki spesialisasi layanan dibidangnya masing-masing. Oleh karenanya untuk merekrut seorang Virtual Assistant kita harus mengetahui terlebih dahulu layanan seperti apa yang dibutuhkan oleh bisnis. Adapun berikut 6 jenis layanan Virtual Assistant: Memberikan layanan Administrative Support ini bertugas untuk menjadwalkan rapat, manajemen email, pembuatan laporan dan lain-lainnya. VA jenis ini banyak digunakan oleh business owner dengan prioritas jadwal yang tinggi. Virtual Assistant ini menyediakan jasa untuk membuat dan menjadwalkan konten, engage dengan followers hingga menanalisa performa dari media sosial. Layanan ini cocok untuk bisnis yang baru digitalisasi dan akan memulai membangun brand awareness melalui media sosial. Layanan customer service ini bertanggungjawab untuk mengelola pertanyaan pelanggan yang masuk ke email, live chat ataupun media sosial, menyelesaikan keluhan pelanggan, memproses order serta menjaga kepuasan klien. VA Content Creation menyediakan jasa untuk membuat konten berupa artikel, design grafis dan lain-lain. Virtual Assistant Technical Support bekerja untuk membantu pembaruan website, memperbaiki gangguan software, hingga maintain sistem dan perangkat lunak lainnya. Berikut beberpa jenis layanan Virtual Assistant yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing bisnis. Bagaimana? sudah menemukan jenis Virtual Assistant mana yang akan membantu pekembangan bisnismu?

Perbedaan Website Vs Marketplace & Keuntungannya untuk Bisnis

Website bisnis vs marketplace untuk bisnis

Website vs Marketplace mana yang akan kamu pilih untuk mengembangkan bisnismu? Untuk mengetahui jawabannya, kamu harus menyimak terlebihdahulu overview mengenai apa perbedaan keduanya dan digunakan untuk bisnis yang seperti apa? Berdasarkan We Are Social yang menerbitkan Digital Global Overview Report pada 5 Februari 2025 menjelaskan adanya pergeseran terhadap perilaku konsumen saat berbelanja online. Pergeseran tersebut dipengaruhi oleh cara orang-orang dalam menggunakan internet mulai dari mencari berbagai informasi, mempelajari suatu hal hingga menemukan ide produk yang ingin mereka beli. Lalu, bagaimana dan dimana orang dapat menemukan produk atau jasa yang kita jual? Dapat dilihat dari data diatas menginformasikan bahwa 32,8% orang menemukan suatu brand melalui search engine atau yang kita kenal sebagai mesin pencari seperti Google, Chrome, Bing, Yahoo dan lain-lain. Diikuti oleh iklan di TV, words of mouth, iklan di media sosial, webiste brand itu sendiri dan seterusnya. Orang-orang diusia produktif bekerja atau yang memiliki daya beli yaitu 24-55 tahun cenderung melakukan research terlebihdahulu jika ingin membeli suatu produk. Oleh karenanya pembuatan content marketing dalam channel-channel tersebut merupakan peluang besar untuk memudahkan orang menemukan suatu brand. Terutama penggunaan website dan marketplace. Sebesar 55,8% orang di dunia terhitung melakukan pembelian secara online baik untuk suatu produk ataupun jasa setiap minggunya. Yang lebih memukaunya Indonesia sendiri memiliki tingkat aktifitas berbelanja online diatas rata-rata dunia yaitu 58%. Tandanya ada setengah dari total populasi orang di Indonesia pasti melakukan pemesanan produk atau jasa secara online setiap minggunya. Cara orang berbelanja online tentunya berbeda-beda. Sebagian orang cenderung lebih menyukai berbelanja melalui marketplace untuk menemukan produk-produk tertentu, kemudian melihat-lihat review atas produk tersebut atau melalui website resmi brand itu sendiri. Terutama untuk produk-produk jasa ataupun brand yang lebih ekslusif. Seperti produk-produk elektronik seperti smartphone. Oleh karena itu penting untuk kita mengetahui channel mana yang lebih tepat untuk mengembangkan bisnis kamu? Mari, simak penjelasan berikut. Baca Juga: Tren Digital 2025: Insight dan Prediksi Pemasaran Masa Depan! Pengertian Website dan Marketplace Website merupakan suatu halaman yang memuat beberapa informasi yang dapat diakses menggunakan internet dan bisa dinikmati oleh orang diseluruh dunia. Website sendiri tergabung dari domain ataupun subdomain dalam lingkup WWW (World Wide Web). Didalam website ini berisikan kumpulan halaman web yang sering kita sebut dengan homepage berada di bagian atas, kemudian dibagian bawah homepage biasanya ada childpage yang tertaut menuju halaman lain dari web tersebut. Kini banyak brand yang memiliki website resmi yang menyediakan beberapa informasi produk ataupun jasa yang mereka tawarkan. Yang mana orang juga dapat langsung membeli atau menyewa melalui website. Website tersebut sering kita dengar dengan sebutan e-commerse. Salahsatu contoh e-commerse adalah website resmi suatu brand misalnya New Balance. Website tersebut hanya akan menjual produk-produk New Balance saja. Adapun marketplace adalah suatu metode pembelanjaan online yang bertindak sebagai perantara antar penjual dan pembeli. Dimana di dalamnya terdiri dari banyak brand. Contohnya Shopee, Lazada, Tokopedia dan lain-lain. Perbedaan Website & Marketplace Walaupun website dan marketplace memiliki perbedaan yang signifikan namun tujuan dari keduanya adalah sama yaitu meningkatkan brand awareness hingga berujung keterciptanya penjualan. Berikut perbedaan keduanya: Website Marketplace Tingkat persaingan relatif lebih rendah. Apalagi jika kita mampu membuat website kita berada dalam halaman pertama pencarian. Tingkat persaingan tinggi. Karena dalam satu marketplace terdapat banyak produk yang sama dengan harga yang lebih kompetitif. Pengelolaan lapak lebih mudah. Website memiliki akses pengelolaan lapak yang lebih baik. Apalagi saat ini ada Content Management System seperti WordPress yang memberikan kebebas akses dekorasi website sehingga akan lebih mudah untuk menciptkakan keunikan tersendiri. Pengelolaan lapak lebih sulit. Saat ini belum ada fitur dimarketplace yang dapat memberikan akses untuk mendekorasi lapak berjualan agar terlihat lebih unik. Menyediakan lebih banyak cara untuk berinteraksi dengan konsumen. Ketika kita membuka suatu laman web terdapat beberapa fitur untuk interaksi mulai dari live chat, email, hingga yang mengarahkan keakun media sosial. Berinteraksi dengan konsumen hanya dapat dilakukan melalui fitur Direct Message yang terdapat di aplikasi atau web marketplace tersebut. Rata-rata marketplace melarang pengguna untuk melakukan komunikasi diluar aplikasi. Fleksibel mengatur ongkos kirim. Tergantung kesepakatan dengan konsumen. Tidak bisa mengatur ongkos kirim. Ongkos kirim dimarketplace sudah tersistem. Keuntungan penjualan bisa didapatkan 100%. Sistem berjualan menggunakan website tidak menggunakan sistem bagi hasil. Terdapat sistem bagi hasil. Rata-rata marketplace mengambil komisi 5-25% per transaksi. Kini kamu sudah mengetahui perbedaan keduanya. Sudahkah kamu menemukan mana yang lebih tepat untuk mengembangkan bisnismu? Jika belum mari simak kembali keuntungan dan kekurangan penggunaan keduanya. Keuntungan-Kekurangan Website & Marketplace Keuntungan Kekurangan Bisnis yang memiliki website akan menambah kredibilitas konsumen. Pembuatan website membutuhkan biaya untuk membeli atau menyewa hosting dan domain. Memuat banyak informasi mengenai jasa atau produk yang ditawarkan. Tidak semua orang tau bagaimana cara pembuatan website. Dapat menciptakan dekorasi yang unik untuk website sebagai lapak berjualan. Perlu adanya maintainance konten dan keamanan website. Tidak ada biaya tambahan atas setiap transaksi penjualan. Dibutuhkan strategi untuk mendapatkan traffic & menciptakan penjualan. Dapat dengan mudah mengumpulkan data calon konsumen yang sudah engage. Pembuatan website adalah investasi jangka panjang sehingga membutuhkan pemeliharaan berkelanjutan. Keuntungan Kekurangan Lebih mudah meningkatkan brand awareness karena memiliki basis user yang lebih luas. Terdapat biaya admin untuk setiap transaksi. Bisa langsung berjualan tanpa perlu memikirkan dekorasi website atau lapak jualan. Lebih kompetitif, karena lebih banyak toko yang menjual produk serupa. Tidak perlu melakukan pemeliharaan sistem karena hal ini sudah otomatis dilakukan oleh pihak marketplace. Konsumen berbelanja tidak memperdulikan nama toko. Yang terpenting adalah review konsumen dan rating serta memiliki harga yang lebih terjangkau. Banyak fitur yang dapat digunakan untuk meningkatkan penjualan seperti live, diskon tanggal kembar dan season tertentu. Untuk toko yang baru sulit untuk menciptkan penjualan secara organik karena konsumen cenderung melihat berapa produk yang sudah terjual dari toko tersebut. Terdapat fitur iklan yang berkolaborasi dengan media sosial sehingga lebih memudahkan untuk menjangkau audience yang lebih luas. Tidak bisa digunakan untuk berjualan produk dalam bentuk service atau jasa. Baca juga: Staff Website Online Biaya Pembuatan Website Untuk Bisnis Adapun untuk membuat suatu website yang harus dimiliki adalah domain dan hosting. Yang mana 2 hal tersebut tidaklah gratis untuk didapatkan. Domain adalah alamat unik khusus web sedangkan hosting adalah tempat penyimpanan data dari web. Yang mana semakin banyak data yang dimuat suatu web

Tren Digital 2025: Insight dan Prediksi Pemasaran Masa Depan!

Tren Digital 2025; Global Overview Report

Berdasarkan Global Overview Report terbaru yang diterbitkan oleh We Are Social dan Data Reportal pada 5 Februari 2025 membahas beberapa insight positif mulai dari tren media sosial yang sangat berpengaruh bagi Awareness suatu merek, penggunaan internet dan e-commerse yang memudahkan orang untuk berbelanja hingga AI yang berkembang sangat pesat. Oleh karenanya penting untuk para pembisnis mengetahui tren terkini yang membahas pergeseran perilaku konsumen serta prediksi pemasaran kedepannya. Hal ini tentunya akan sangat berguna bagi keberlangsungan suatu merek. Sayangnya, data yang disajikan oleh We Are Social tidaklah sedikit, ada 630 halaman berbahasa inggris yang melaporkan Global Overview of Digital tahun 2025. Artikel ini akan membahas ringkasan dari insight yang disajikan oleh We Are Social secara singkat, padat dan mudah dimengerti. Berikut beberapa penjelasannya: Insight Tren Digital 2025 Secara Umum Artikel ini akan diawali dengan pembahasan era digitalisasi yang setiap tahun semakin berkembang pesat. Seperti pada grafik yang disajikan oleh data reportal terbaru bahwa penggunaan internet diseluruh dunia meningkat secara signifikan dimulai dari tahun 1991. Dimana pada tahun tersebut merupakan tahun pertama kali website dibuat yakni pada 6 Agustus 1991. Hingga pada tanggal 5 Februari 2025 terdata bahwa pengguna internet diseluruh dunia mencapai 5,56 milliar dari 67,9% total populasi dunia dan akan terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan bertambahnya penggunaan smartphone. Indonesia sendiri dilaporkan sebagai negara diurutan keempat dengan jumlah populasi tertinggi yaitu hampir 285 juta jiwa. Tercatat bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 185,5 juta yaitu 66,5% dari total populasi pada tahun 2024. Hal ini berbanding lurus dengan data yang disajikan bahwa lebih dari 50% warga Indonesia tinggal diarea perkotaan. Yang mana akses akan informasi jauh lebih mudah untuk didapatkan. Sama halnya dengan penggunaan internet yang mengalami laju pertumbuhan setiap tahunnya, penggunaan media sosial juga mengalami lonjakan yang sama. Seperti yang terlihat pada data diatas menunjukkan bahwa presentase pengguna media sosial diseluruh dunia mencapai 5,34 miliar yaitu 63,9% dari total populasi. Mempresentasikan bahwa hampir semua orang yang menggunakan internet juga menggunakan media sosial. Pada tahun 2024 Indonesia mencatat ada 185,3 juta orang yang menggunakan internet dan 139 juta diantaranya juga menggunakan media sosial. Dari tren diatas bisa disimpulkan bahwa adopsi teknologi digital seperti pengguna smartphone, internet dan media sosial yang mengalami laju pertumbuhan secara signifikan setiap tahunnya mengindikasi peluang besar bagi bisnis-bisnis yang mengandalkan digital marketing dan plaform online. Baca juga: https://bantuin.co/2025/02/06/kurs-dollar-ke-rupiah-melemah-simak-fakta-dampaknya/ Let’s dive deeper! Perilaku Konsumen Era Digital 2025 Mengapa Orang Menggunakan Internet? Untuk mengetahui perilaku konsumen ditahun 2025 ini, kita harus menelaah terlebih dahulu apa yang dilakukan oleh 5,34 miliar orang saat menggunakan internet dan bermedia sosial. Berdasarkan grafik diatas menunjukkan Indonesia memiliki rata-rata time spent diinternet adalah 7 jam 22 menit perhari. Yang mana waktu tersebut sudah diatas angka rata-rata penggunaan internet seluruh dunia yaitu 6 jam 38 menit perhari. Lalu apa yang dilakukan pengguna internet setiap harinya? Alasan utama penggunaan internet hampir 63% nya adalah untuk menemukan informasi. Walaupun demikian ada beberapa alasan utama lainnya yang menjadi penyebab mengapa orang menggunakan internet. Diantaranya adalah interaksi sosial, konsumsi berita & hiburan, inspirasi & ide baru, riset produk, gaming hingga kesehatan. Dalam hal ini dikategorikan berdasarkan perbedaan usia. Pengkategorian berdasarkan usia ini tentunya dengan pendekatan dan cara pandang akan teknologi yang sangat berbeda antar generasinya. Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan, orang dengan usia 16-34 tahun menggunakan internet sebagai sarana interaksi sosial. Sebaliknya, orang dengan usia 35-65 tahun menggunakan internet sebagai sarana untuk menemukan informasi. Dari insight diatas mengindikasi generasi muda mengutamakan koneksi sosial dan aktifitas digital lainnya. Dari sini kita dapat menyesuaikan pembuatan konten digital yang dikonsumsi sesuai segmen usia. Insight lainnya adalah generasi muda lebih cenderung mengkonsumsi konten hiburan seperti video dan musik. Sedangkan orang dengan usia 35+ lebih menyukai konten berita dan informasi aktual. “Researching How To Do Things” juga menjadi alasan utama bagi semua orang disegala usia. Hal ini menginformasikan bahwa kebutuhan konten edukasi dan inspirasi masih akan terus berkembang dan dibutuhkan oleh banyak orang. Mengapa Orang Bermedia Sosial Sebesar 50,8% alasan utama orang bersosial media adalah untuk tetap terkoneksi dengan orang lain. Diiring dengan mengisi aktifitas diwaktu luang sebagai alasan kedua. Namun, tak hanya itu ada beberapa alasan lain mengapa orang bermedia sosial seperti; konsumsi berita yang semakin meningkat seiring bertambahnya umur, minat berbelanja, pencarian topik yang sedang trending hingga sebagai sarana diskusi dan ekspresi diri. Dengan time spent bermedia sosial yaitu 2 jam 20 menit perhari. Alasan penggunaan sosial media juga dikategorikan berdasarkan usia. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap pembuatan konten digital seperti apa yang dikonsumsi dan relavan sesuai dengan segmen usia. Grafik diatas memberikan insight bahwa orang diusia muda (16-35 tahun) cenderung bersosial media untuk tetap terkoneksi dengan teman dan keluarga serta mengisi waktu luang dengan melihat konten-konten tren terkini. Selain itu orang diusia 25-44 tahun juga bersosial media untuk menemukan ide dan review produk apa yang ingin dibeli. Sedangkan orang diusia 55 tahun keatas cenderung menggunakan sosial media untuk membaca berita ter-update. Dari insight tersebut menginformasikan strategi pembuatan konten digital dengan menyelaraskan sesuai dengan kebutuhan segmentasi usia. Yang mana pengguna pada usia 16-24 tahun cenderung menyukai konten hiburan dengan tren terbaru dan video pendek engaging. Usia 25- 44 tahun menyukai konten dengan pendekatan yang sedikit edukatif, berita terbaru dan insipirasi gaya hidup. Sedangkan pengguna dengan usia 45 tahun keatas menyukai konten informatif yang berkualitas dari berita terbaru dan informasi produk. Berdasarkan perilaku konsumen yang bermedia sosial terlihat orang-orang dengan rentang usia 24-55 tahun keatas adalah konsumen yang memiliki daya beli tinggi. Yang mana hal ini terlihat dari main reason mereka saat bersosial media. Mereka mulai aktif mencari inspirasi produk apa untuk dibeli. Sesuai dengan rentang usia tersebut juga merupakan usia yang produktif bekerja. Berdasarkan hasil analisa ini maka dapat disimpulkan peluang untuk seseorang menemukan suatu brand melalui sosial media sangat besar. Media Sosial dan Brand Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa lebih dari 50% orang diseluruh dunia mencari inspirasi produk yang ingin mereka beli melalui sosial media. Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia sendiri menjadi negara dengan peringkat tertinggi kedua setelah Nigeria dengan tingkat persentase 66,7% dari populasi yang mencari rekomendasi produk melalui media sosial. Selain itu Data Reportal juga menyajikan